Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

CERITA KELUARGA KAMI TERKENA COVID 19

Apa Kabar Blog?

Mungkin sudah dua bulan ini gue ga upload cerita-cerita di Blog ini. bukan tanpa alasan gue tidak upload, karena bulan lalu, tepatnya bulan September, yang seharusnya itu bulan kelahiran gue menjadi bulan yang lumayan jadi ujian buat keluarga kami. 

Kenapa alasannya?

Ya.. bulan lalu gue, suami, dan Mas Rahsya itu terinfeksi Virus COVID 19.

cerita ini lumayan agak dramatis. Semoga, pembaca Blog ini ga bosan yaaa... 

Awal mula cerita.... 



Hari Senin tanggal 5 September 2022 itu gue beraktivitas seperti biasa, masih kuat menyetir mobil berangkat ke Klinik. Memang, akhir-akhir ini di Klinik itu kasus-kasus pasien yang datang ke Klinik mayoritas adalah yang Batuk dan Pilek, tapi hari itu gue ngerasa badan gue udah mulai ga fit. saat bangun tidur pagi itu tenggorokan memang terasa kering dan mulai nyeri menelan. tapi masih bisa gue tahan lah... dan beraktivitas biasa. Di Klinik pun gue juga istirahat tiduran di Kamar jaga, kepala itu mulai terasa berat banget dan mulai muncul batuk-batuk. berhubung posisi nya gue masih menyusui ga sembarangan obat bisa gue konsumsi, akhirnya gue coba minta obat batuk yang ada di Klinik gue. tidak membaik juga. 

pulang dari Klinik sekitar pukul 18.00 badan gue mulai ga karuan. kepala terasa semakin berat dan batuk mulai kencang. saat itu gue masih menyusui Mas Rahsya dan tidur bareng Mas Rahsya. obat yang bisa gue konsumsi cuma obat batuk herbal, paracetamol, dan cetirizine, tapi gejala juga semakin tidak membaik. malam itu gue coba paksa makan dan istirahat. 

Keesokan hari nya, saat pagi hari suhu tubuh gue udah mulai naik kalau istilah medisnya subfebris, gue makin merasa ga enak badan nya. Posisi nya Mas Rahsya udah diturunin ke bawah dan dipegang sama Oma nya. Kebetulan hari itu suami gue harus WFO dan ga bisa stay di rumah, pagi-pagi dia udah bawakan sarapan ke atas dan obat-obatan.


 tapi feeling hati gue tuh ini badan gue lagi ga baik-baik aja, makanya sebelum suami gue berangkat kerja gue bilang ke dia kalau gejala nya makin memburuk tolong segera pulang yaa. Ternyata benar ada nya, di tanggal 6 September itu suhu tubuh gue semakin meroket naik. kepala gue bahkan kerasa sempoyongan banget, dan tidak membaik dengan obat paracetamol aja. 

akhirnya sekitar jam 3 sore, gue memutuskan untuk ukur suhu tubuh lagi dan benar, suhu tubuh gue mencapai 39.1 derajat celcius. tidak bisa lagi gue ungkapkan dengan kata-kata rasanya. Badan terasa sangat lemas dan kepala sangat berat terutama dibagian kepala belakang. badan menggigil kayak kedinginan banget tapi keluar keringat banyak banget. yang membuat lebih sulit adalah gue sudah mengisolasi diri gue semenjak tadi pagi, jadi semua gue laluin sendiri.


hasil suhu tubuh gue ini gue kirim ke suami gue dan minta dia pulang karena gue udah ga tahan lagi, gue minta di bawa ke IGD. singkat cerita sesampainya gue di IGD suhu gue mencapai 39,8 derajat dan itu gue udah ga kuat banget. masuk ke IGD saja gue mesti dibantu dengan kursi roda, yang bahkan untuk duduk di kursi roda aja gue harus di papah sama suami dan satpam. 

setelah di Anamnesis dengan dokternya akhirnya gue dilakukan pemeriksaan darah, dan rapid test antigen..... dan hasil Antigen nya pun REAKTIF. 



dan pada tanggal 6 September ini suami gue Rapid Antigen nya masih Non-Reaktif dan dia belum ada gejala. di IGD gue sempet di infus paracetamol dan di guyur cairan karena kondisi gue juga dehidrasi ringan sedang.


sempat ditawarkan untuk perawatan di RS namun gue memilih untuk ISOMAN di rumah saja. akhirnya gue tidur di lantai 2 dan suami, Mas Rahsya, dan Oma di lantai satu. 

disini part yang paling bikin hati terpotek.....

otomatis setelah gue tau positif COVID 19, gue ga bisa tidur bareng Mas Rahsya, namun posisinya Mas Rahsya ini kan masih menyusui dan tidur malam itu ga bisa jauh dari gue, dan yang lebih parah lagi adalah Mas Rahsya dan Suami posisi nya masih Negatif COVID 19 maka ya mau ga mau gue harus pisah sama Mas Rahsya. 

dimalam pertama gue dinyatakan positif itu adalah part yang paling berat untuk gue, karena semalaman Mas Rahsya terdengar nangis terus menerus, satu mungkin karena dia ga bisa nyusu langsung dari gue atau bahkan doi nyariin gue... itu gue sedih banget. 

dan ASI gue itu karena Mas Rahsya ga menyusu langsung dari gue jadinya penuh banget sampai rembes, alhasil gue coba untuk pumping dan Mas Rahsya menyusu dari botol, tapi itu tetap tidak menolong karena dia masih nangis semalaman. yaa.. emang nyari gue sebenernya dia. 

berselang 2 hari setelah itu, Mas Rahsya juga ikutan demam. Dua hal yang terlintas di otak gue ketika Mas Rahsya dikabari Demam, satu.. dia dehidrasi karena susu ASI nya berkurang, kedua yaa dia juga terpapar COVID 19 juga. alhasil, Mas Rahsya gue suruh antigen di Klinik tempat gue bekerja dan hasilnya pun.... REAKTIF. 

gue di moment itu pun bingung, antara mau sedih atau senang, sedih yaa karena anak gue juga ikutan sakit, tapi senang juga karena gue akhirnya bisa gabung di lantai dua dengan Mas Rahsya. saat akhirnya gue bisa peluk Mas Rahsya itu gue berasa banget Mas Rahsya memang mencari gue. iiihhh sedihh... mau nangiss :( 

dia langsung gue peluk dan dia menyandarkan kepala nya di dada gue. bener-bener disitu ikatan batin ibu dan anak itu beneran ada loh gaeeesss...... 

berselang 2 hari lagi semenjak Mas Rahsya positif covid 19 juga, akhirnya suami gue muncul gejala juga, dan gue memutuskan untuk meng-antigen sendiri di rumah dan benar adanya suami gue pun ikut positif COVID 19. 

Apasih gejala yang dirasakan?

gejala yang terberat yang gue rasakan adalah demam tinggi dihari pertama adalah demam tinggi disertai dengan kepala pusing dan terasa berat. Demam di hari pertama ini mencapai 39.7 ( paling tinggi waktu di ukur di IGD ) setelah di infus paracetamol demam gue berangsur turun, namun Batuk dan Pilek masih berlangsung ( bahkan sampai sekarang terkadang masih ada batuk nya ) 

kalau Mas Rahsya hanya demam aja dan itu juga sama hanya terjadi pada hari pertama saja, pas udah bergabung dengan gue di lantai 2 Mas Rahsya sudah tidak ada gejala lagi. 

Nah kalau suami gue, sebenernya gejala nya juga ada Demam dan lagi lagi di hari pertama aja, namun ada keluhan mual nya. batuk pilek juga ada tapi lebih cepat hilang nya. 

kami bertiga alhamdulillahnya tidak ada yang sesak nafas atau sampai bergejala berat. makanya gue memutuskan untuk isolasi mandiri sampai hari ke 14 dari mulai timbul gejala. 

Ada yang spesial ditengah-tengah cobaan sakit ini?

di bulan September ini, sebetulnya adalah bulan kelahiran gue, yang sebetulnya juga udah ngerencanain pengen ngerayain. tapi apalah daya di saat hari ulang tahun gue kita bertiga masih dalam masa ISOMAN jadi kami rayakan bersama di kamar.




Bagaimana dengan Oma?

Alhamdulillah dari satu rumah, yang negatif cuma Oma nya Mas Rahsya. beliau membantu kami untuk distribusi makanan ke lantai 2 sembari menjaga prokes yang ketat. 
ada 1 orang asisten rumah tangga di rumah kami yang juga bergejala, tapi dia ga mau di test waktu itu, tapi gue yakin sih dia terinfeksi juga, alhasil gue liburkan dia dulu dari masuk kerjaan ( kebetulan ART ini yang pulang hari bukan yang menginap di rumah kami ) tapi tetep gue supply obat-obatan untuk dia minum dirumahnya. 


kira-kira kena dimana?

menurut gue untuk era sekarang ini kita udah ga bisa traccing kita kena dimana dan kena dari siapa karena pergerakan manusia masa sekarang ini kan sudah tidak ada pembatasan lagi. jadi gue tidak mempermasalahkan kena dari siapa atau kena dimana. 
tapi melihat pekerjaan gue yang seorang Nakes dan kasus di Klinik gue itu isi nya batuk pilek semua yaa walaupun gue sudah pakai APD tapi tetap aja ga ada yang tau kemungkinan tertular dari pasien. 


kalau kalian kena covid 19, kalian harus apa?

Jangan khawatir kalau kalian terinfeksi covid. apalagi kalau kalian sudah mendapatkan dosis vaksin yang sudah lengkap. insyaAllah tidak akan bergejala berat. yang harus kalian lakukan adalah tetap tenang. laporkan kasus kalian ke pusat pelayanan kesehatan setempat atau konsultasi online dengan dokter. alhasil kalian bisa mendapatkan paket terapi covid yang sesuai dengan gejala kalian. 

kalau gue dan keluarga kemarin semua pengobatan terapi gue dapatkan dari Klinik tempat gue bekerja dan kasus gue tercatat ke pemerintah melalui Klinik gue 

mungkin segini dulu aja kali yaa cerita nya... walaupun gue sudah hiatus kurang lebig 2 bulan ga membuat gue patah semangat untuk terus cerita-cerita manja di Blog ini.